
Pengadilan memutuskan untuk tetap menahan al-Zaidi (wartawan Irak yang melempar sepatu ke Presiden AS George W Bush) sembari menunggu selesainya penyidikan. Setelah itu pria berusia 29 tahun itu akan diadili. Dakwaan mencoba membunuh presiden negara asing kemungkinan akan dijatuhkan padanya (vonis hukuman untuk dakwaan tersebut adalah 7 tahun hingga 15 tahun penjara).
Pria ini mendadak menjadi pembicaraan dunia setelah melemparkan sepatunya ke arah Bush dalam konferensi pers di Baghdad, Irak, Minggu, 14 Desember lalu. Jurnalis itu dua kali melemparkan sepatunya, namun keduanya meleset. (biarpun begitu, sudah ada seorang kaya--dari Arab Saudi--yang menawar sepasang sepatu 'bersejarah' itu seharga 10 juta dolar AS alias 116 miliar!)
Keluarga al-Zaidi mengatakan ia telah menyimpan kemarahan terhadap Bush, yang dituduhnya bertanggungjawab atas puluhan ribu orang Irak yang meninggal setelah serbuan pimpinan AS 2003 mengobarkan gelombang perlawanan dan bentrokan antar-aliran, yang baru sekarang mulai reda.
Ditempat terpisah, Presiden AS George W Bush mengaku tidak marah ataupun dendam pada Muntazar al-Zaidi, wartawan Irak yang melemparkan sepatu padanya. Demikian disampaikan Juru bicara Gedung Putih Dana Perino seperti dilansir harian Sydney Morning Herald. "Presiden tak punya perasaan dendam akan insiden itu," ujar Perino lagi, "Bush percaya sistem hukum Irak akan memutuskan hukuman yang sesuai untuk perbuatan itu."
Dalam insiden pelemparan sepatu saat konferensi pers itu Bush berhasil menghindar dua kali lemparan dari sepatu Zaidi. Namun lain halnya dengan Perino. Wanita itu sempat mengalami memar pada sekitar matanya dalam insiden itu. Tubuh Perino yang saat itu sedang memegang mikrofon terdorong oleh personel keamanan yang bergerak cepat untuk mengamankan situasi. Akibatnya, wajahnya terbentur mikrofon.
Pimpinan serikat jurnalis Irak, Mouyyad al-Lami meminta pemerintah Irak memberikan pengampunan pada Zaidi. Lami seperti dilansir harian Sydney Morning Herald mengakui, perbuatan Zaidi 'aneh dan tidak profesional.' Namun dia mengimbau Perdana Menteri (PM) Irak Nouri al-Maliki menaruh belas kasihan pada Zaidi.
Maliki berdiri di samping Bush saat insiden pelemparan sepatu dimana al-Zaidi juga mengejek Bush dengan sebutan "anjing." Zaidi bekerja untuk stasiun TV swasta al-Baghdadia yang berbasis di Kairo, Mesir. Pria Irak itu telah bekerja selama tiga tahun untuk media tersebut.
Menangkap Sepatu dan Melemparkannya Lagi ke Zaidi?
Banyak yang memuji Bush karena kesigapannya (dua kali menghindari lemparan sepatu) itu meski usianya telah lanjut. Namun seorang pakar keamanan nasional AS justru menyesalkan tindakan Bush yang menghindar dari lemparan sepatu tersebut. Menurut Kathleen Troia McFarland, Bush seharusnya menangkap kedua sepatu Zaidi dan melemparkannya kembali ke arah wartawan Irak itu.
"Saya hanya berharap Presiden Bush, yang merupakan atlet hebat, harusnya menangkap sepatu-sepatu itu dan melemparkannya lagi ke Mr. al-Zaidi, dan bukannya menghindari lemparan itu,” tutur pakar keamanan nasional AS itu seperti dikutip Fox News.
McFarland mengaku penasaran apakah Zaidi menginginkan Irak kembali ke masa-masa rezim Saddam Hussein dulu. "Bisakah anda bayangkan apa yang akan dilakukan Saddam jika reporter itu melempar sepatu padanya?" tulis McFarland dalam The Fox Forum. "Reporter itu pasti akan ditembak mati di tempat dan tubuhnya diberikan untuk dimakan anjing-anjing," cetus McFarland.
Salameh Nematt, mantan Kepala Biro Washington untuk koran terkemuka Arab, Al Hayat, mengatakan, mengkritik Saddam bukanlah hal yang aman untuk dilakukan. Nematt menghabiskan sebagian besar karirnya di Yordania. Dia menulis tentang kebrutalan Saddam dari sana. Saddam pun memasukkan namanya dalam target untuk dibunuh, bersama para pembangkang Irak lainnya yang kabur ke Yordania. Nematt berhasil lolos dari cengkraman Saddam dan kemudian berkarir di Amerika.
Cara Berekspresi?
Sebagian kalangan menyebut tindakan Zaidi semata-mata merupakan caranya berekspresi, sesuai kebebasan pers Irak. Diakui McFarland, perang Irak telah berlangsung terlalu lama dan telah memakan begitu banyak jiwa, baik di pihak Irak maupun AS.
"Namun sebelum terburu-buru mengecam Presiden Bush, janganlah kita lupa seperti apa Presiden Saddam Hussein sebenarnya. Dan jangan lupa bahwa pers yang bebas dan kebebasan berbicara, tidaklah gratis," tulis McFarland. "Semua itu dibayar dengan nyawa-nyawa sesama warga negara dia dan saya," pungkas McFarland.
Perjanjian keamanan AS mengizinkan 140.000 tentara AS di negara itu tetap di Irak sampai akhir tahun 2011. Batas waktu bagi perjanjian yang melibatkan pasukan Inggris dan negara-negara lain itu jauh lebih pendek, ditetapkan akhir Mei sebagai batas waktu bagi pasukan asing untuk menghentikan operasi dan akhir Juli bagi penarikan mereka.
Sementara Inggris menghabiskan dana sekitar 7,6 miliar dolar dalam perang di Irak itu. Dan tercatat sejumlah 178 tentara Inggris tewas di Irak sejak invasi itu termasuk 136 orang akibat aksi musuh. (Ant/Rtr/detikcom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar