Juni 02, 2009

Santapan Rohani Hari Ini, Peringatan St. Charles Lwanga & Kawan-kawan, Martir di Uganda



NOW when Jesus saw the crowds, he went up on a mountainside and sat down. His disciples came to him, and he began to teach them saying: “Blessed are the poor in spirit, for theirs is the kingdom of heaven. Blessed are those who mourn, for they will be comforted. Blessed are the meek, for they will inherit the earth. Blessed are those who hunger and thirst for righteousness, for they will be filled. Blessed are the merciful, for they will be shown mercy. Blessed are the pure in heart, for they will see God. Blessed are the peacemakers, for they will be called sons of God. Blessed are those who are persecuted because of righteousness, for theirs is the kingdom of heaven. Blessed are you when people insult you, persecute you and falsely say all kinds of evil against you because of me. Rejoice and be glad, because great is your reward in heaven.” (Matius 5:1-12a).

Luar biasa sekali isi khotbah di bukit. Muatan dari khotbah Yesus ini dasyat bukan main. Sangat luas dan sekaligus sangat sederhana serta sangat sempit. Pertama-tama Yesus memuji bahagia orang-orang yang miskin dalm Roh. Di sini Yesus sama sekali tidak menyinggung soal kemiskinan material, tetapi kemiskinan rohani. Kemiskinan rohani yang dimaksud Yesus bukan orang yang tidak memiliki hidup rohani yang baik, tetapi kemiskinan rohani dimaksud adalah orang yang sadar secara rohani bahwa dengan kekuatannya sendiri dia takkan sanggup. Karena itu ia berserah secara total pada Allah. Allah menjadi pedoman dan gembala hidupnya. Orang demikian pada akhirnya berserah pada kehendak Allah. Dengan berserah pada kehendak Allah, maka orang demikian akan taat pada kehendak Allah. Karena itu orang yang miskin secara rohani dipuji Yesus berbahagia.

Kemudian Yesus juga memuji bahagia orang yang lemah lembut. Orang yang lemah lembut di sini ialah orang yang tidak pernah marah pada waktu yang tidak tepat. Orang demikian tidak mudah meluapkan emosi demi menunjukkan bahwa dia pantas dihargai atau diperhitungkan. Orang demikian sanggup mengkontrol nafsu, instict, dan perasaannya karena ia sendiri membiarkan dirinya dikontrol oleh Allah.

Yesus juga memuji bahagia orang yang berbelaskasih. Berbelaskasih berarti meniru teladan Allah yang tampak dalam diri Yesus Kristus. Yesus tidak pernah menghakimi manusia secara tidak adil. Bahkan Yesus tidak pernah menghukum manusia tanpa melihat kedalaman hati orang tersebut. Yesus selalu melihat kedalaman hati orang dan dengan itu Ia selalu bersedia mengampuni. Maka berbelaskasih di sini berarti keadaan di mana kita tidak pernah membuat penilaian “menghakimi” orang lain sampai kita sendiri sanggup melihat dengan mata orang tersebut, sanggup merasa dengan perasaan orang tersebut, sanggup berpikir dengan pikiran orang tersebut, sanggup mengalami apa yang dia alami. Dengan ini kita sungguh berpikir positif dan yakin bahwa orang lain melakukan sesuatu dengan alasan tertentu dan dengan latar belakang tertentu. Nah, sebelum kita mengeathui semuanya itu dan sanggup mengalaminya, sebaiknya kita tidak menjatuhkan vonis untuk menghakimi. (Matias Matthias Simanjorang's Notes @fb)

Tidak ada komentar: